WELCOME TO EKSYAR BLOG

Monday, July 18, 2011

Selembar Catatan yang Hilang

Posted On 7:55 PM by Shady Sant 8 comments

Bersama angin yang terus melaju bersama waktu, selembar kertas buram melayang mengikuti jejak takdir. Beriring dedaunan yang luruh di kemarau yang baru saja hadir, terbacalah sebuah catatan sebuah sejarah selembar jiwa.

“Kawan… bila engkau telah membaca tulisan ini, telah terentanglah jarak dan waktu di antara kita. Laksana dalam sebuah drama buatan manusia, ini adalah wasiat sepotong jiwa yang resah mencari sebuah arti sebuah kata. Ku bukanlah pujangga, karna ku takpunya sejuta kata untuk ungkap sebuah makna. Ku hanya punya satu bahasa.. Diam.

Kawan… dalam tarian jemari ini, ku ingin sejenak larut dalam episode yang telah berlalu. Ketika engkau tertawa dan menangis, demikian juga aku. Ketika engkau kerutkan dahi dan manyunkan mulutmu..ah tidak demikian aku.. . heehehhehe… ku tertawa sendiri.

Kawan…. Adakah putaran waktu yang lalu menjelmakan sebuah Kristal kenangan? Ataukah hanya semilir angin di musim pancaroba? Ahh.. kenapakah ku bertanya hal itu.. sedang kita telah menjadi sosok sosok yang mempunya bayangan sendiri. Tak perlu ditanya kembali apakah warna bayang bayang kita.

Kawan… ku lihat engkau semakin indah, semakin bercahaya, juga semakin faham bagaimana rasa sebuah garam dan asam. Maafkan aku bila telah hilang waktu yang beberapa, sehingga tak bisa kulihat bagaimana engkau melangkah dan berlari. Bukan ku hendak menciptakan belati dalam sebuah genggaman, tetapi memang kuharus menghilang demi sebuah nama. Nama yang sekarang sudah menghilang ditelan bayang rembulan. Nama yang memberikan sebuah nama lain yang terus menggempurkan sebuah rindu. Rindu yang tak terobati.

Kawan… Bila engkau telah membaca ini, maka ku telah hilang dari sebuah zaman. Ku telah menjelma menjadi bayang di balik rembulan. Yang akan selalu tersenyum untukmu… untuk sebuah nama, untuk sepotong jiwa…untuk sebuah asa.. untuk sebuah Tanya….Tetaplah menajadi cahaya untuk semua ..!!!

Kawan..ingin ku bertanya.. ingin ku bercerita…tapi ku hanya punya satu bahasa… DIAM.

DIAM DALAM GELAPNYA BAYANG REMBULAN


Melodi Cinta Sang Dara

Posted On 7:39 PM by Shady Sant 4 comments

Sepenggal kisah dari sudut kehidupan negeri atas angin
=======================================================

Duduk menghadap jendela, menatap riuhnya dunia, seorang dara beberapa saat tercenung saat sang angin menelusup ke dalam jiwanya dan berbisik, “ Hari ini adalah perubahan..”

“Apa itu?” batinnya bertanya dan sang anginpun cuma tersenyum sambil berlalu. dengan menyimpan sebuah tanya, sang dara seperti biasa di depan jendela, menyapa awan , maahari, rembulan,bunga juga semut hitam. Tiba tiba terdengar sebuah sapa,
“ Assalamu’alaikum…...." di sertai sekuntum senyum.
Sang dara menoleh,“Wa’alaikumussalam…... subhanallah teman .. lama tiada bersapa….” senyum sang dara.

“tiada terlupa?” Tanya sang penyapa.
“bagaimana bisa,karena hanya dengan engkaulah diri mengolah rasa dan melembutkan jiwa….." jawab sang dara. Sesaat keduanya saling sapa dan senyum.

"Aku datang, hendak memberikan sesuatu yang menjadi milikmu, sesungguhnya aku tak mau melakukannya, tetapi karena ku ingin hari hari yang ada menjadi biasa, ku datang kepadamu….
“Apa itu?” tanya sang dara.
“ini…” sang lelaki membuka dadanya dan tangannya mengambil sebongkah hati, hati sang lelaki. "Lihatlah... di hati ini ada sekuntum bunga, bermahkotakan cinta, bertangkaikan kasih sayang…ku tak tahu kapan ia datang dan mekar.. dan lihatlah ada sebaris namamu di dalamnya..”

“Benarkah engkau tiada mau memberikannya padaku?” Tanya sang dara
“ Dari rasa yang ada, ku tak mau apabila dengan kuntum itu tumbuhlah duri duri kebebencian.. atau noktah noktah dendam hitam… lebih baik tidak bila memamg itu yang akan terjadi,,, tetapi dari dasar jiwa … ada asa untuk berkata iya bila yang adalah adalah ketulusan , keikhlasan juga kelembutan.. jawab sang lelaki

Sang dara tersenyum dan meraih hati sang lelaki kemudian mendekapnya erat.
“Sesungguhnya sejak awal kita bertemu, telah ku rasakan sebuah kelembutan,sesuatu yang selama ini juga ku cari. Dan apalagi sekarang setelah ku dekap hatimu ini…lembut mengalir dalam nadi... terima kasih.. maka wahai lelaki.. hatimu ini akan ku simpan erat dan terimalah hatiku ini untukmu…..jagalah ia.. ia kupercayakan kepadamu sepenuhnya. Banyak orang meminta tapi entah kenapa hanya kepadamu aku percayakan ia…..

Keduanya tersenyum, berbinar dan kemudian bercahaya di sudut kehidupan.

“Inilah awal kehidupan, apa yang ada adalah anugerah , maka jagalah ia..peliharalah ia sebagai tanda syukur kita kepadaNYA…..” sebaris kata meluncur dari hembusan angin timur, kembali menelususp ke dalan jiwa sang dara.
”iya…inilah perubahan itu, yang denganya Allah menghadirkan sebuah kelembutan. Yang dengannya ku tak lagi merasa sendiri dalam riuhnya dunia… Yang dengannya menjadi tempat berbagi melepas resah, membuang lelah dan menemani hari hari…meskipun kuntum kssih sayang ini masih berupa benih, tapi percayalah ia akan selalu tumbuh dalam tiap waktunya.. tumbuh dam tumbuh memenuhi ruang jiwa yang ada.. dan akan kau petik buahnya sesegera…

Suatu hari…

“Biarkan ku sandarkan jiwa ini pada dirimu, aku lelah berjalan, maka terbangkanlah aku ke atas awan… aku kedinginan dalam gelapnya resah, maka hangatkan aku dengan cahaya lembutmu, aku sepi dalam kesendirian, maka temanilah aku dalam riuhnya rasa… kemariah engkau, akan ku peluk .. akan ku dekap dengan sepenuh rasa…

Suatu hari..

Kenapakah terdiam? apakah datang hanya untuk berdiam, tidak inginkah bicara?? baiklah...lebih baik …selamat istirahat !”
Sang lelaki tersenyum, ” ku tau biasanya engkau sibuk merangkai rasa dengan kupu kupu, awan juga bintang dan biasanya pula aku lebih banyak menunggu menghitung jarum jam… adapakah hari ini? sang lelaki tersenyum.
“Jelek!!” kata sang dara cemberut.. Sanng lelaki kembali tersenyum...

Suatu hari….

Dengan mata meleleh sang dara merintih lirih… “sakit…..”
Sang lelakipun dengan kasih sayng berkata:"...Bersabarlah.. perbanyaklah dzikir pada Allah juga berdoa, sesunguhnya sakit itu dari Allah dam Allah jua yang meyembuhkan….

Suatu hari….

Sang dara tersenyum di samping sang lelaki..
“Marilah kita berjalan bersama, bergandeng tangan, saling menggenggam penuh Kasih sayang… perjalanam ini masih sangat panjang… warnailah dengan keindahan dan senyum yang ada.. dengan ketulusan jiwa…dengen kejujuran hati..tapi jangan lupa.. warnailah hatimu denga cinta, agar engkau tiada merasa hampa dalam melangkah……jangan jadikan waktu menjadi penghalang... karena yang terpenting bagaimana kita menjalani waktu itu... jangan jadikan aral menjadi beban... karena itulah perjuangan...mari ku temani.. sesungguhnya apa yang ada adalah datang dari Allah dan untuk Allah juga kita berjalan ” kata sang lelaki…

sang darapum tersenyum bahagia… terima kasih…

03 Februari 2011



Lelaki dan rembulan

Posted On 7:26 PM by Shady Sant 1 comments

Catatan Cinta seorang Sahabat.
===================

Lelaki itu memandang jauh ke cakrawala. Menarik nafas dalam dalam dan menghempas beban yang ada di dada.
“apakah yang engkau pikirkan?” sebuah suara lembut bertanya.
“ Seperti yang engkau tahu..”Lelaki itu menoleh sambil tersenyum pada rembulan yang sedang di pucuk pohon. “Tentang waktu, tentang asa dan tentang kita.”
Sang rembulan pun tersenyum, “ Tahukan engkau, sesungguhnya waktu itu adalah kepastian, asa itu adalah keindahan, dan kita... adalah keniscayaan.”
“ Jika demikian kenapakah diri mesti bersama kejora jingga? Tanya nsang lelaki berusaha memahami.

“ Karena engkau adalah sang pecinta dan yang di sayang. Tidakkah sang pecinta ingin yang di cinta bahagia? Dan kebahagiaan rembulan adalah kalian bisa bersama, karena kalian adalah yang tersayang..” jelas sang rembulan.
Sang lelaki menatap sang rembulan penuh tanya, “ begitukah cinta?”

“Iya.... pecinta mesti benar2 memahami apa arti sebuah pengertian, apa arti pengorbanan, dan bagaimana membuang ego...” lanjut sang rembulan. Sang lelaki masih menatap sang rembulan degan lembut.. “ baiklah bila memang itu cinta..” meski terasa ada berat.

“terima kasih....” seru sang rembulan. “ Tapi berkenanlah engkau di sini, di padang rumput ini,temani rembulan dan berjanjilah, jangan biarkan orang lain masuk di padang rumput kita...”
sang lelaki tersenyum... menatap rembulan.

“Maafkanlah diri, karena diri sang kejora itu telah pergi dan menghilang, burung indah itu telah terbang entah kemana..” sang lelaki berkata penuh sesal.
Dengan senyum yang lembut sang rembulanpun mendekat dan berkata. “ tiada mengapa... kita merencana Allah juga yang tentukan segala..”

“ Ya rembulan, cinta, sayang dan rindu adalah snugerah, kenapakah kita tidak menjaganya sebagai syukur kita, tidakkah kita pelihara itu sebagai anugerah..?”
“Benar kata engkau...” ada sebuah senyum yang lebih bercahaya. Dan sang lelakipun beranjak mendekat. “ Terimakasih... tapi maafkan juga bila kadang ada juga segaris cemburu menelusup dalam kalbu....”

“kenapa?”

“Lihatlah.. begitu banyak mata memandangmu dari balik jendela dan pintu...dengarlah seseorang berteriak memanggilmu dalam setiap waktu, menginginkan di sisimu...dan ada juga seseorang yang merasa tersisih karena beranggap engkau bercahaya karena untuk sebuah pesona...” urai sang lelaki.

Sang rembulanpun mendekat dan tertawa kecil kemudian tersenyum lembut “ wahai lelaki kenapa harus cemburu, bukankah rembulan ada memang untuk bercahaya dan tersenyum untuk semua, untuk yang hitam ataupun putih, bukankan itu sudah tugas hidup rembulan. Hilangkanlah curiga, karena engkau telah tahu sebuah cerita tentang apa yang ada..”

“Hmm.... diri percaya, diri yakin akan sebuah ketulusan, keikhlasan dan kata apa yang ada dari rembulan.. “ dengan senyum sang lelaki berkata. Jika hendak terbang melintas langit bumi selatan, jangan lupa bawalah nama diri dalam senyum yang ada, bawalah jiwa ini dalam setiap sinar yang terpancar..diri tunggu di sini, di padang rumput ini...akan diri jaga agar orang lain tiada masuk ke dalamnya...Bersinarlah penuh kelembutan, bercahayalah dalam mulia... semoa Allah Menjagamu dari segala fitnah dan bala, semoga Allah memudahkan setiap urusan yang ada....Menjadilah bidadari... amien


27 Desember 2009