Dalam berkehidupan berbangsa, bernegara atau beragama, sebuah kaum, komunitas atau apaun istilahnya, tidak akan bisa tegak apabila didalamnya tidak ada sebuah ketahanan. Baik dari ketahanan secara politik, militer ataupun ekonomi. Ketiga hal tersebut adalah pilar utama dalam sebuah kehidupan sebuah kaum atau negara.Ketiganya saling menguatkan dan menjadi sebuah kesatuan yang tidak akan terkalahkan menghadapi setiap perubahan zaman di sekelilingnya. Dalam hal ini eksyarBlog ingin mengajak pembaca dalam kaitannya dengan sisi ekonomi.
Ada pertanyaan dan fakta yang harus kita tahu dan mencari solusinya:
1. Kita ummat islam seringkali diserang iman kita dengan senjata ekonomi. Sudah banyak sekali cerita bahwa sodara sodara kita, akhirnya melepaskan akidah mereka karena hal ini. Kekurangan ekonomi. Mereka di datangi para misionaris dan mengiming imingi dengan kecukupan ekonomi dengan syarat melepaskan akidah dan berpindah keyakinan. Akankah akan berdiam saja?
2. Dalam dakwah, seringkali para pendakwah mendapatkan kesulitan untuk menyiarkan agama Allah ini, karena tidak adanya sarana prasaranya. Kita menjadi bulan bulanan sikon. Sehingga tidak bisa efektif dan optimal dalam mengapresiasi semangat dan ilmu die kita. Dan ini tentunya juga berkaitan dengan dana. dan dana tidak lepas dari kegiatan ekonomi.
Setelah kita belajar ilmu ekonomi, atau apapun itu, sangatlah tidak lucu apabila ilmu itu hanya menjadi sebuah ilmu, tanpa sebuah penerapan. Ketika kita belajar kita selalu bergelut dan disuguhkan sebuah gambaran yang seringkali begitu fantastis, indah dan mudah. Di dalam forum forum, di seminar ataupun di perbincangan kaki lima, kita seolah menjadi "dewa" yang tahu segalanya. Seperti komentator bola, seringkali menyalahkan blunder ataupun langkas salah dari pemain. Yang harusnya ini, harusnya begitu, tetapi dia sama sekali tidak terjn di lapangan. Dia hanya di balik meja ditemani segelas kopi dan sekotak wadah roti. Apakah mereka bisa merasakan, bagaimana perjuangan para pemain di lapangan? stamina yang terkuras, peliknya strategi dan sejenisnya? :). Bukan saya mau menyalahkan semua komentator, tetapi dalam kaitanya dalam ilmu ekonomi yang kita bersama pelajari, hal itu sangat tidak tepat ketika kita tidak mau "terjun" langsung.
Eksyar Blog, tiba tiba ingin mengulas tentang penerapan ilmu ekonomi yang sebisa mungkin yang sesuai syariah. Bukan dalam tataran teori di atas kertas dengan segudang analisa dan hitung-hitungan di atas awan, Tetapi sebuah penerapan. Iya sebuah penerapan. Karena semua ilmu intinya adalah pada penerapannya.
Kita umat islam, maaf bukan sara, seringkali kalah dan memang harus kita akui memang begitu adanya, dari orang orang china. Bisa kita liat di sekitar kita. Mungkin kita bisa menyalahkan "sistem makro" kita, yang tidak mendukung keoptimalan aktivitas ekonomi. Tetapi meskipun sistem makro tersebut bagus bila, individunya tidak mempunyai mentalitas entepreneur tetaplah menjadi sistem yang mandul.
Sudah saatnya kita muslim, membangkitkan perekonomian islam (meskipun sebenarnya dari dulu sudah dikumandangkan). Bila kita belum bisa mengawali dengan sistem makro islam yang bagus, setidaknya kita melangkah dari pribadi kita, pribadi pribadi sebagai muslim. Sesuatu yang besar pasti dimulai dari yang kecil. Kebangkitan ummah tentu harus diawali dengan para pioner. Tidak perlu dengan ilmu muluk muluk. Bisa dengan ilmu yang sederhana, dengan berjalannnya waktu kita bisa sambil belajar untuk semakin baik. Tidak perlu menunggu pintar, karena pintar itu relatif, karena pintar itu bukan kewajiban dan yang pasti, pintar itu bisa diambil dari pengalaman. Yang utama adalah kita harus :BERTINDAK.ACTION.
Apakah anda takut? Takut gagal, takut tidak punya modal,atau ketakutan ketakutan lainya? di postingan berikutnya akan kita bahas :). Bagi anda yang membaca ini, mari kita renungkan. Kita tidak akan bisa berubah, selama kita tidak mau berubah. Akankan waktu kita akan kita habiskan hanya dengan berdiam? Dalam sebuah hadist Rosulullah mengungkapkan yang intinya, rezeqi itu sembilan puluh berapanya (lupa maaf :) ) adalah ada di perniagaan. Dengan itu telah diisyaratkan, sebenarnya rezeqi itu sudah dibuka pintunya, hanya saja kita tidak tahu atau tidak mau untuk membuka dan melangkah. Mari kita menjadi entrepreneur entrepreneur muslim yang dengannya kita juga bisa memberikan kontribusi untuk ummah juga investasi kita di akhirat.
Ada pertanyaan dan fakta yang harus kita tahu dan mencari solusinya:
1. Kita ummat islam seringkali diserang iman kita dengan senjata ekonomi. Sudah banyak sekali cerita bahwa sodara sodara kita, akhirnya melepaskan akidah mereka karena hal ini. Kekurangan ekonomi. Mereka di datangi para misionaris dan mengiming imingi dengan kecukupan ekonomi dengan syarat melepaskan akidah dan berpindah keyakinan. Akankah akan berdiam saja?
2. Dalam dakwah, seringkali para pendakwah mendapatkan kesulitan untuk menyiarkan agama Allah ini, karena tidak adanya sarana prasaranya. Kita menjadi bulan bulanan sikon. Sehingga tidak bisa efektif dan optimal dalam mengapresiasi semangat dan ilmu die kita. Dan ini tentunya juga berkaitan dengan dana. dan dana tidak lepas dari kegiatan ekonomi.
Setelah kita belajar ilmu ekonomi, atau apapun itu, sangatlah tidak lucu apabila ilmu itu hanya menjadi sebuah ilmu, tanpa sebuah penerapan. Ketika kita belajar kita selalu bergelut dan disuguhkan sebuah gambaran yang seringkali begitu fantastis, indah dan mudah. Di dalam forum forum, di seminar ataupun di perbincangan kaki lima, kita seolah menjadi "dewa" yang tahu segalanya. Seperti komentator bola, seringkali menyalahkan blunder ataupun langkas salah dari pemain. Yang harusnya ini, harusnya begitu, tetapi dia sama sekali tidak terjn di lapangan. Dia hanya di balik meja ditemani segelas kopi dan sekotak wadah roti. Apakah mereka bisa merasakan, bagaimana perjuangan para pemain di lapangan? stamina yang terkuras, peliknya strategi dan sejenisnya? :). Bukan saya mau menyalahkan semua komentator, tetapi dalam kaitanya dalam ilmu ekonomi yang kita bersama pelajari, hal itu sangat tidak tepat ketika kita tidak mau "terjun" langsung.
Eksyar Blog, tiba tiba ingin mengulas tentang penerapan ilmu ekonomi yang sebisa mungkin yang sesuai syariah. Bukan dalam tataran teori di atas kertas dengan segudang analisa dan hitung-hitungan di atas awan, Tetapi sebuah penerapan. Iya sebuah penerapan. Karena semua ilmu intinya adalah pada penerapannya.
Kita umat islam, maaf bukan sara, seringkali kalah dan memang harus kita akui memang begitu adanya, dari orang orang china. Bisa kita liat di sekitar kita. Mungkin kita bisa menyalahkan "sistem makro" kita, yang tidak mendukung keoptimalan aktivitas ekonomi. Tetapi meskipun sistem makro tersebut bagus bila, individunya tidak mempunyai mentalitas entepreneur tetaplah menjadi sistem yang mandul.
Sudah saatnya kita muslim, membangkitkan perekonomian islam (meskipun sebenarnya dari dulu sudah dikumandangkan). Bila kita belum bisa mengawali dengan sistem makro islam yang bagus, setidaknya kita melangkah dari pribadi kita, pribadi pribadi sebagai muslim. Sesuatu yang besar pasti dimulai dari yang kecil. Kebangkitan ummah tentu harus diawali dengan para pioner. Tidak perlu dengan ilmu muluk muluk. Bisa dengan ilmu yang sederhana, dengan berjalannnya waktu kita bisa sambil belajar untuk semakin baik. Tidak perlu menunggu pintar, karena pintar itu relatif, karena pintar itu bukan kewajiban dan yang pasti, pintar itu bisa diambil dari pengalaman. Yang utama adalah kita harus :BERTINDAK.ACTION.
Apakah anda takut? Takut gagal, takut tidak punya modal,atau ketakutan ketakutan lainya? di postingan berikutnya akan kita bahas :). Bagi anda yang membaca ini, mari kita renungkan. Kita tidak akan bisa berubah, selama kita tidak mau berubah. Akankan waktu kita akan kita habiskan hanya dengan berdiam? Dalam sebuah hadist Rosulullah mengungkapkan yang intinya, rezeqi itu sembilan puluh berapanya (lupa maaf :) ) adalah ada di perniagaan. Dengan itu telah diisyaratkan, sebenarnya rezeqi itu sudah dibuka pintunya, hanya saja kita tidak tahu atau tidak mau untuk membuka dan melangkah. Mari kita menjadi entrepreneur entrepreneur muslim yang dengannya kita juga bisa memberikan kontribusi untuk ummah juga investasi kita di akhirat.